Permainan dan anak merupakan dua dunia yang tidak dapat dipisahkan. Hampir sepanjang waktu kehidupannya, anak selalu dalam kondisi bermain. Permainan yang pertama kali dijumpai oleh anak adalah permainan tradisional yang diperoleh secara turun temurun.
Jadi secara alamiah anak akan bermain dengan permainan tradisional yang dijumpai di lingkungannya, di samping juga permainan yang lain. Gejala seperti ini masih sering dijumpai di daerah pedesaan, sedangkan di daerah perkotaan permainan tradisional sudah banyak digantikan oleh permainan yang relatif baru atau modern.
Dari segi permainan, dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu permainan yang sifatnya untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (games). Yang pertama adalah jenis permainan yang sifatnya hanya untuk bermain/lebih bersifat sebagai pengisi waktu luang atau rekreasi sedangkan jenis permainan bertanding mempunyai sifat khusus seperti lebih terorganisasi, kompetitif, dimainkan paling sedikit dua orang, mempunyai kriteria yang menentukan menang dan kalah, serta mempunyai peraturan permainan yang telah diterima oleh pesertanya.
Permainan anak-anak merupakan salah satu sarana kegiatan pendidikan di luar sekolah yang sangat penting artinya dalam proses sosialisasi. Anak-anak belajar mengenal nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan sebagai pedoman untuk pergaulan sosial dan memainkan peran sesuai dengan kedudukan sosial yang nantinya mereka lakukan.
Permainan anak atau sering disebut dengan dolanan anak-anak merupakan salah satu aset budaya bangsa yang harus tetap dilestarikan. Maksud pelestarian adalah menjaga agar permainan anak tradisional tetap ada, dan akan lebih baik jika permainan anak tradisional dapat berkembang. Akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut sulit untuk dilakukan.
Salah satu faktor penyebab “hilang”nya permainan tradisional adalah dengan adanya arus globalisasi yang dirasakan dunia termasuk Indonesia, menyebabkan terjadinya perubahan tata nilai tradisional yang didukung oleh hadirnya produk-produk modern ikut pula mempengaruhi keberadaan permainan tradisional.
Melihat beberapa kendala yang dihadapi oleh keberadaan permainan anak tradisional, maka perlu kiranya ada upaya agar permainan anak tradisional tetap “eksis”, terutama oleh masyarakat pendukung permainan tersebut. Sebab di dalam permainan anak terutama permainan anak tradisional mempunyai arti yang sangat penting dalam pendidikan budaya bangsa.
Terutama untuk menanamkan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial serta pandangan hidup. Karena itu menggali kembali kekayaan budaya lokal, seperti dolanan anak, perlu dilakukan agar anak-anak tumbuh sesuai dengan lokalitas mereka.
Aneka macam permainan tradisional di Jawa
Banyak ragam permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak di dalam masyarakat Jawa (dolanan) yang masih bisa diingat dan dipraktekkan, sekalipun kian hari permainan tersebut kian tergusur oleh permainan-permainan modern.
Permainan tradisional yang digemari oleh anak-anak pada umumnya dimainkan dengan mengambil waktu-waktu tertentu, disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitarnya.
1. Permainan Adu Kemiri
Merupakan alat permainan bagi anak-anak di kalangan kerajaan, berasal dari sekitar abad ke-18 Masehi. Terbuat dari kayu. Terdiri atas beberapa bagian, yaitu: alat penekan kemiri, pengunci kemiri, landasan.
Cara memainkannya: dua buah kemiri diletakkan bersusun tepat di tengah alat penekan, selanjutnya dikunci dan dipukul dengan alat pemukul yang tersedia.
2. Permainan Dhakon
Merupakan alat permainan anak wanita, dimainkan oleh dua orang yang duduk secara berhadapan. Sebelum permainan dimulai, kedua anak tersebut harus menyediakan 100 biji buah sawo kecik atau kerikil kecil, dan media dhakon dengan cara membuat 10 lubang anakan dan 2 lubang besar sebagai lumbung. Biji-biji tersebut kemudian diisikan pada setiap lubang anakan dengan masing-masing lubang berjumlah 10 kerikil. Pemenangnya adalah pemain yang cepat mengumpulkan biji sebanyak-banyaknya.
3. Permainan Jamuran
Merupakan sebuah permainan yang dimainkan secara individual dalam satu kelompok oleh anak-anak perempuan, di mana dalam permainan ini terbersit ada yang menang dan ada yang kalah.
Bagi pihak yang kalah selalu berada di tengah lingkaran anak-anak yang berputar sambil menyanyikan lagu Jamuran, yang konon diciptakan oleh Sunan Giri, salah satu sunan dalam jajaran Walisongo:
“Jamuran, jamuran ya age ge thok, jamur apa ya ge ge thok, jamur, gajih mrecicil. Sak ara-ara, Semprat-semprit jamur apa?”
Sesudah bernyanyi, anak-anak bertanya pada pihak yang kalah: “Ayo, Jamur opo?” (Ayo, Jamur apa?)
Pihak yang kalah dapat menjawab sekehendaknya. Misal: jamur so, jamur barat, jamur kendhi borot, dan sebagainya. Jika jawaban adalah jamur barat, maka anak-anak di dalam lingkaran yang kemudian memencar itu bergegas membentuk dirinya seperti jamur barat. Pihak yang kalah akan terbebas dari hukuman pada permainan selanjutnya, bila berhasil menangkap seorang anak yang gagal memperagakan dirinya sebagai jamur barat.
Manfaat dari permainan jamuran ini, adalah melatih seni vokal, membangun mentalitas, serta meningkatkan kecekatan di dalam mengambil keputusan bagi anak-anak. Di samping permainan tersebut dapat memberikan hiburan yang sangat menyehatkan lahir dan batin.
4. Permainan Ancak-Ancak Alis
Lagu iringan permainannya: “Ancak-ancak alis, si alis kebo janggitan anak-anak kebo dhungkul, Si dhungkul bangbang teyo, tigo rendheng, enceng-enceng gogo beluk, unine pating cerepluk, ula sawa, ula dumung, gedene sak lumbung badung, sawahira lagi apa?”
5. Permainan Cublak-Cublak Suweng
Lagu iringan permainannya: “Cublak-cublak suweng, suwenge teng gelenter mambu ketudhung gudel, pak empong orong-orong, mBok sir bom-bok bok sir kate. Sir sir plek/plong dele kalpak/gosong ora enak”.
Tembang dolanan tersebut diciptakan oleh Sunan Giri.
6. Permainan Jethungan
Merupakan permainan yang lazim dimainkan oleh anak-anak laki-laki. Permainan ini dilakukan oleh 2 kelompok, yakni: pihak kalah dan pihak menang. Pihak kalah terbagi menjadi 2 bagian, yakni penjaga brok (pohon cukup besar yang tumbuh di halaman rumah) dan pencari (penangkap) pada seluruh anggota pihak menang yang bersembunyi.
Pihak kalah dapat dianggap menang, bila dapat menangkap seluruh anggota pihak menang. Namun bila salah seorang dari pihak menang berhasil menyentuh brok tanpa tersentuh tubuhnya oleh penjaga, maka pihak kalah akan tetap statusnya pada putaran permainan selanjutnya.
Manfaat dari permainan ini adalah melatih anak-anak di dalam menjalin kekompakan di dalam berkelompok, melatih keberanian anak-anak pada malam hari, dan melatih kecepatan serta ketangkasan anak-anak. Selain itu, permainan juga memberikan hiburan yang menyehatkan bagi anak-anak. (Kekunaan- link)
Jadi secara alamiah anak akan bermain dengan permainan tradisional yang dijumpai di lingkungannya, di samping juga permainan yang lain. Gejala seperti ini masih sering dijumpai di daerah pedesaan, sedangkan di daerah perkotaan permainan tradisional sudah banyak digantikan oleh permainan yang relatif baru atau modern.
Dari segi permainan, dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu permainan yang sifatnya untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (games). Yang pertama adalah jenis permainan yang sifatnya hanya untuk bermain/lebih bersifat sebagai pengisi waktu luang atau rekreasi sedangkan jenis permainan bertanding mempunyai sifat khusus seperti lebih terorganisasi, kompetitif, dimainkan paling sedikit dua orang, mempunyai kriteria yang menentukan menang dan kalah, serta mempunyai peraturan permainan yang telah diterima oleh pesertanya.
Permainan anak-anak merupakan salah satu sarana kegiatan pendidikan di luar sekolah yang sangat penting artinya dalam proses sosialisasi. Anak-anak belajar mengenal nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan sebagai pedoman untuk pergaulan sosial dan memainkan peran sesuai dengan kedudukan sosial yang nantinya mereka lakukan.
Permainan anak atau sering disebut dengan dolanan anak-anak merupakan salah satu aset budaya bangsa yang harus tetap dilestarikan. Maksud pelestarian adalah menjaga agar permainan anak tradisional tetap ada, dan akan lebih baik jika permainan anak tradisional dapat berkembang. Akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut sulit untuk dilakukan.
Salah satu faktor penyebab “hilang”nya permainan tradisional adalah dengan adanya arus globalisasi yang dirasakan dunia termasuk Indonesia, menyebabkan terjadinya perubahan tata nilai tradisional yang didukung oleh hadirnya produk-produk modern ikut pula mempengaruhi keberadaan permainan tradisional.
Melihat beberapa kendala yang dihadapi oleh keberadaan permainan anak tradisional, maka perlu kiranya ada upaya agar permainan anak tradisional tetap “eksis”, terutama oleh masyarakat pendukung permainan tersebut. Sebab di dalam permainan anak terutama permainan anak tradisional mempunyai arti yang sangat penting dalam pendidikan budaya bangsa.
Terutama untuk menanamkan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial serta pandangan hidup. Karena itu menggali kembali kekayaan budaya lokal, seperti dolanan anak, perlu dilakukan agar anak-anak tumbuh sesuai dengan lokalitas mereka.
Aneka macam permainan tradisional di Jawa
Banyak ragam permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak di dalam masyarakat Jawa (dolanan) yang masih bisa diingat dan dipraktekkan, sekalipun kian hari permainan tersebut kian tergusur oleh permainan-permainan modern.
Permainan tradisional yang digemari oleh anak-anak pada umumnya dimainkan dengan mengambil waktu-waktu tertentu, disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitarnya.
1. Permainan Adu Kemiri
Merupakan alat permainan bagi anak-anak di kalangan kerajaan, berasal dari sekitar abad ke-18 Masehi. Terbuat dari kayu. Terdiri atas beberapa bagian, yaitu: alat penekan kemiri, pengunci kemiri, landasan.
Cara memainkannya: dua buah kemiri diletakkan bersusun tepat di tengah alat penekan, selanjutnya dikunci dan dipukul dengan alat pemukul yang tersedia.
2. Permainan Dhakon
Merupakan alat permainan anak wanita, dimainkan oleh dua orang yang duduk secara berhadapan. Sebelum permainan dimulai, kedua anak tersebut harus menyediakan 100 biji buah sawo kecik atau kerikil kecil, dan media dhakon dengan cara membuat 10 lubang anakan dan 2 lubang besar sebagai lumbung. Biji-biji tersebut kemudian diisikan pada setiap lubang anakan dengan masing-masing lubang berjumlah 10 kerikil. Pemenangnya adalah pemain yang cepat mengumpulkan biji sebanyak-banyaknya.
3. Permainan Jamuran
Merupakan sebuah permainan yang dimainkan secara individual dalam satu kelompok oleh anak-anak perempuan, di mana dalam permainan ini terbersit ada yang menang dan ada yang kalah.
Bagi pihak yang kalah selalu berada di tengah lingkaran anak-anak yang berputar sambil menyanyikan lagu Jamuran, yang konon diciptakan oleh Sunan Giri, salah satu sunan dalam jajaran Walisongo:
“Jamuran, jamuran ya age ge thok, jamur apa ya ge ge thok, jamur, gajih mrecicil. Sak ara-ara, Semprat-semprit jamur apa?”
Sesudah bernyanyi, anak-anak bertanya pada pihak yang kalah: “Ayo, Jamur opo?” (Ayo, Jamur apa?)
Pihak yang kalah dapat menjawab sekehendaknya. Misal: jamur so, jamur barat, jamur kendhi borot, dan sebagainya. Jika jawaban adalah jamur barat, maka anak-anak di dalam lingkaran yang kemudian memencar itu bergegas membentuk dirinya seperti jamur barat. Pihak yang kalah akan terbebas dari hukuman pada permainan selanjutnya, bila berhasil menangkap seorang anak yang gagal memperagakan dirinya sebagai jamur barat.
Manfaat dari permainan jamuran ini, adalah melatih seni vokal, membangun mentalitas, serta meningkatkan kecekatan di dalam mengambil keputusan bagi anak-anak. Di samping permainan tersebut dapat memberikan hiburan yang sangat menyehatkan lahir dan batin.
4. Permainan Ancak-Ancak Alis
Lagu iringan permainannya: “Ancak-ancak alis, si alis kebo janggitan anak-anak kebo dhungkul, Si dhungkul bangbang teyo, tigo rendheng, enceng-enceng gogo beluk, unine pating cerepluk, ula sawa, ula dumung, gedene sak lumbung badung, sawahira lagi apa?”
5. Permainan Cublak-Cublak Suweng
Lagu iringan permainannya: “Cublak-cublak suweng, suwenge teng gelenter mambu ketudhung gudel, pak empong orong-orong, mBok sir bom-bok bok sir kate. Sir sir plek/plong dele kalpak/gosong ora enak”.
Tembang dolanan tersebut diciptakan oleh Sunan Giri.
6. Permainan Jethungan
Merupakan permainan yang lazim dimainkan oleh anak-anak laki-laki. Permainan ini dilakukan oleh 2 kelompok, yakni: pihak kalah dan pihak menang. Pihak kalah terbagi menjadi 2 bagian, yakni penjaga brok (pohon cukup besar yang tumbuh di halaman rumah) dan pencari (penangkap) pada seluruh anggota pihak menang yang bersembunyi.
Pihak kalah dapat dianggap menang, bila dapat menangkap seluruh anggota pihak menang. Namun bila salah seorang dari pihak menang berhasil menyentuh brok tanpa tersentuh tubuhnya oleh penjaga, maka pihak kalah akan tetap statusnya pada putaran permainan selanjutnya.
Manfaat dari permainan ini adalah melatih anak-anak di dalam menjalin kekompakan di dalam berkelompok, melatih keberanian anak-anak pada malam hari, dan melatih kecepatan serta ketangkasan anak-anak. Selain itu, permainan juga memberikan hiburan yang menyehatkan bagi anak-anak. (Kekunaan- link)
Posting Komentar