Ini 5 Terorisme Yang Disponsori Oleh Negara

Terorisme yang disponsori negara terjadi karena adanya dukungan oleh suatu negara atas kekerasan yang dilakukan oleh para pelaku terror. Karena sifat kata yang merendahkan, identifikasi contoh-contoh tertentu biasanya tunduk pada perselisihan politik (lihat definisi terorisme).

Afghanistan.
KHAD dari Afghanistan adalah salah satu dari empat agen rahasia yang diyakini mendalangi pelaku pengeboman di Pakistan Barat Laut selama awal dasawarsa 1980-an; sampai dengan akhir 1980-an di mana Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyalahkan WAD (sebuah agen intelijen rahasia Afghanistan bentukan KGB) atas pengeboman kota-kota di Pakistan.[3][4] Selanjutnya, agen keamanan Afghanistan mendukung organisasi teroris bernama Al zulfiqar sejak dasawarsa 1970-an sampai dengan 1990-an; kelompok teroris yang diduga terlibat dalam pembajakan pesawat milik Pakistan International Airlines pada bulan Maret 1981, yang sedang terbang dari Karachi ke Kabul
.

India.
India telah dituduh oleh Pakistan, dan dukungan Sri Lanka terhadap terorisme yang melakukan “sabotase ekonomi” terhadap wakil negara-negara mereka. Research and Analysis Wing dari India telah dituduh memberikan pelatihan militer kepada kelompok Tamil Sri Lanka, LTTE, selama dasawarsa 1970-an, ketika kemudian dianggap sebagai sebuah organisasi terorisme oleh banyak negara, namun kemudian menarik dukungannya pada dasawarsa 1980-an, pada waktu aktivitas LTTE menjadi serius, dan menjadi negara pertama yang melarang LTTE sebagai sebuah organisasi teroris.

Meskipun Pemerintah India melarang kelompok ini. Meskipun Pemerintah India melarang kelompok ini, LTTE melanjutkan operasinya dengan luasa dengan menjalin hubungan dengan RAW sampai kekalahan di pihak LTTE pada tahun 2009. Sejak Agustus 1983 sampai dengan Mei 1987, India, melalui agen intelijen Research and Analysis Wing (RAW), menyediakan pasukan, pelatihan dan mendukung keuangan kepada enam kelompok pemberontak Tamil Sri Lanka termasuk LTTE. Selama periode tersebut, 32 kamp pelatihan teror didirikan di India untuk melatih 495 pemberontak LTTE, termasuk 90 orang perempuan yang dilatih di 10 regu. Regu pertama Tigers dilatih di Establishment 22 yang bermarkas di Chakrata, Uttarakhand. Regu kedua, termasuk ketua intelijen LTTE Pottu Amman, dilatih di Himachal Pradesh. Prabakaran mengunjungi regu pertama dan kedua Tamil Tigers untuk melihat mereka berlatih. Delapan regu LTTE lainnya dilatih di Tamil Nadu. Thenmozhi Rajaratnam alias Dhanu, yang melakukan pembunuhan Rajiv Gandhi dan Sivarasan—kunci konspirator berada di antara para milisi yang dilatih oleh RAW, di Nainital, India. Bulan April 1984, secara resmi LTTE bergabung dengan front milisi umum, Eelam National Liberation Front (ENLF), gabungan antara LTTE, Tamil Eelam Liberation Organization (TELO), Eelam Revolutionary Organisation of Students (EROS), People’s Liberation Organisation of Tamil Eelam (PLOTE), dan Eelam People’s Revolutionary Liberation Front (EPRLF).

Kelompok-kelompok itu kemudian melakukan serangan teroris besar-besaran di Sri Lanka. Pemerintah Pakistan dan ISI menuduh Konsulat India di Kandahar dan Jalalabad, Afghanistan, telah menyediakan pasukan, pelatihan dan mendukung kepada BLA dengan tujuan untuk menciptakan instabilitas Pakistan. Brahamdagh Bugti menyatakan pada wawancara tahun 2008, bahwa dia akan menerima bantuan dari India bagi aktivitas terorismenya di Baluchistan. Pakistan kembali menuduh India telah mendukung pemberontak Baloch, dan Wright-Neville menuliskan bahwa di luar Pakistan, peneliti Barat juga meyakini bahwa India, secara sembunyi-sembunyi, menyediakan dana bagi Tentara Liberal Balochistan (Balochistan Liberation Army, BLA). Pada bulan Agustus 2013 Wakil khusus Amerika Serikat, Dobbins berkata, ketakutan Pakistan atas peran India di Afghanistan “tidak beralasan”.

Sebuah kabel diplomatik yang dikirim pada tanggal 31 Desember 2009, dari Konsulat Amerika SErikat di Karachi yang didapat dari WikiLeaks menyebutkan, bahwa itu cukup “masuk akal” bahwa intelijen India sedang membantu pemberontak Baluch. Kabel pada awal tahun 2008, membahas serangan Mumbai dilaporkan adanya ketakutan, oleh pejabat Britania, bahwa “tekanan domestik yang dilakukan secara intens akan memaksa Delhi untuk bertanggung jawab, minimal, meningkatkan dukungan terselubung terhadap militan nasionalis yang memerangi tentara Pakistan di Balochistan.” Kabel lain bertahun 2009 menunjukkan bahwa pejabat Uni Emirat Arab meyakini, India, secara tersembunyi mendukung pemberontak Tehreek-e-Taliban dan kelompok separatis di barat laut Pakistan.

Iran.
Corps Garda Revolusi Islami asal Iran merupakan perangkat pendukung, yang melatih dan mengirim Hezbollah, sekelompok yang merancang “Organisasi Teroris Luar Negeri” oleh Departermen Luar Negeri Amerika Serikat, demikian juga organisasi berlabel teroris oleh Menteri Luar Negeri Israel dan Dewan Kerja Sama Gulf. Uni Eropa, membedakan antara politik, sosial, dan sayap militer dari Hezbollah, yang dirancang Militer Hezbollah sebagai organisasi teroris. Pemerintah Amerika Serikat, Inggris, Israel, dan Yaman menuduh Mahmoud Ahmadinejad sebagai sponsor terorisme, atau melawan mereka. Inggris dan Amerika Serikat juga menuduh Iran telah berada di balik milisi Syiah di Iraq, yang melakukan serangan terhadap pasukan koalisi, milisi Sunni Irak, dan rakyat sipil, dan dan dukungan Anglo-American- kepada pasukan pemerintah Irak.

Mantan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush telah mendeskripsikan rejim Iran sebagai “pemberi sponsor utama teror dunia.”
Israel. The ‘Lavon Affair’ mengacu kepada operasi rahasia Israel yang gagal, dengan kode ‘Operation Susannah’, yang dilakukan di Mesir pada musim panas tahun 1954. Sebagai bagian dari operasi bendera palsu,[32] sebuah kelompok Yahudi Mesir direkrut oleh intelijen militer Israel untuk memasang bom di Mesir, Amerika Serikat, dan Inggris dengan target gedung-gedung bioskop, perpustakaan, dan pusat-pusat pendidikan Amerika Serikat. Bom-bom itu diatur waktunya agar meledak beberapa jam setelah jam penutupan. Serangan-serangan tersebut dengan tujuan agar yang disalahkan adalah Ikhwanul Muslim, penganut komunis Mesir, “kesalahan konteks tak terjelaskan” atau “nasionalis lokal” dengan tujuan untuk menciptakan iklim kekerasan dan instabilitas agar pemerintah Inggris mempertahankan pasukannya di wilayah Terusan Suez.[33] Operasi ini tidak menelan korban, kecuali untuk mata-mata Philip Natanson, ketika sebuah bom di sebuah gedung bioskop yang meledak sebelum waktunya, di dalam sakunya; dua anggota sel yang berusaha melakukan bom bunuh diri setelah ditangkap; dan untuk dua orang yang dihukum, salah satunya dihukum mati di Mesir.

Operasi ini akhirnya diketahui sebagai ‘Lavon Affair’ setelah Menteri Pertahanan Israel Pinhas Lavon dipaksa mengundurkan diri sebagai konsekuensi atas insiden itu. Sebelum pengunduran diri Lavon, insiden itu secara halus mengarah kepada Israel sebagai “kejadian tidak menguntungkan” atau “bisnis kotor” (bahasa Ibrani: העסק הביש, HaEsek HaBish). Setelah Israel, secara terbuka, membantah keterlibatan dalam insiden itu selama 51 tahun, agen-agen penyintas secara resmi mendapatkan kehormatan pada tahun 2005 dari Presiden Israel, Moshe Katzav.
Libya.

Setelah kekalahan militer Raja Idris pada tahun 1969, Republik Arab Libya (terakhir Great Socialist People’s Libyan Arab Jamahiriya), pemerintah baru mendukung (melalui pengiriman senjata, kamp pelatihan ditempatkan bersama dukungan keuangan dari Libya) sebuah barisan bersenjata kelompok paramiliter kiri dan sayap kanan. Kelompok haluan kiri dan sosialis termasuk Provisional Irish Republican Army, Basque Fatherland and Liberty, Umkhonto We Sizwe, Polisario Front, Kurdistan Workers’ Party, Túpac Amaru Revolutionary Movement, Palestine Liberation Organization, Popular Front for the Liberation of Palestine, Free Aceh Movement, Free Papua Movement, Revolutionary Front for an Independent East Timor, Kanak and Socialist National Liberation Front, Republic of South Maluku, dan Moro National Liberation Front dari Filipina. Pada tahun 2006, oleh Amerika Serikat, Libya sudah tidak masuk daftar negara pendukung teroris setelah mengakhiri dukungannya untuk kelompok-kelompok dan pengembangan senjata pemusnah massal.


Malaysia.
Mengutip Operasi Merdeka, sebuah rencana yang diduga dilakukan oleh Filipina untuk memicu kerusuhan di Sabah dan merebut kembali wilayah yang masih menjadi sengketa, kelompok separatis Malaysia yang didanai dan dilatih seperti Frong Pembebasan Nasional Moro sebagai balasan. /beritasepuluh

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama